Jika berbicara tentang film animasi, kita selalu melihat ke luar, entah ke Amerika Serikat, atau ke Jepang. Hollywood punya seabrek film animasi 2D dan 3D dengan budget dan teknologi yang mumpuni, misalnya Despicable Me, Up, trilogi Toy Story, How to Train Your Dragon dan sebagainya. Sementara itu, Jepang punya anime yang sudah dianggap sebagai bagian dari kultur nasional.
Di Indonesia sendiri, industri animasi sempat bisa
dibilang hidup segan, mati tak mau. Segala macam keterbatasan dana dan sumber
daya, mindset yang
menganggap film animasi hanya tontonan anak-anak semata, lemahnya hukum
mengenai hak cipta serta kurangnya perhatian dan apresiasi dari berbagai instansi
pemerintah seakan menutup kemungkinan Indonesia untuk memiliki sebuah film
animasi yang benar-benar diterima secara luas di pasaran, apalagi memorable.
Namun, satu dekade terakhir ini, mulai muncul gejolak baru
dalam industri kreatif Indonesia. Didorong oleh minat masyarakat terhadap
animasi yang terus berkembang, muncullah berbagai komunitas - komunitas
penggiat animasi, misalnya Ainaki (Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia),
atau HelloMotion Academy. Banyak universitas pun mulai memasukkan animasi sebagai
program studinya.
MSV Pictures yang berbasis di Yogyakarta adalah salah
satu pemain di tengah gelombang yang diharapkan dapat menghidupkan industri
animasi Indonesia. Battle of Surabaya pun menjadi flagship mereka untuk memainkan peran dalam
gelombang ini.
Battle of Surabaya berkisah tentang petualangan Musa, seorang
anak remaja pemberani yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang semir sepatu. Kendati
hidup dalam kemiskinan pada masa penjajahan Jepang, Musa tetap bersemangat menjalani
hidupnya.
Dunia Musa selamanya berubah pada tanggal 10 November1945.
Setelah kepergian Jepang dari Nusantara, Belanda kembali membonceng Sekutu untuk
mengembalikan status Indonesia sebagai jajahannya. Konflik pun terjadi, dan
Musa pun terjebak di tengah-tengahnya. Ia akan menjadi bagian dari perjuangan
rakyat Indonesia untuk membela martabat bangsa di Pertempuran Surabaya yang
kelak akan kita kenang sebagai Hari Pahlawan.
Di kesempatan ini, Jasmerah berhasil menghubungi MSV
Pictures untuk membuka sedikit tentang proyek ambisius mereka ini. Berikut ini
adalah hasil wawancara kami:
Apa alasan dan latar belakang MSV Pictures mengangkat kisah
Pertempuran Surabaya?
Pertempuran Surabaya adalah pertempuran terbesar
setelah perang dunia kedua. Nilai berita dari perang ini dampaknya menyebar sampai
ke seluruh dunia. Jumlah korban dalam pertempuran ini termasuk yang terbesar di
Asia. Pertempuran Surabaya juga merupakan tonggak sejarah bagi Belanda yang
mulai berpikir ulang untuk melakukan perang terbuka, dan lebih memilih jalan
diplomasi, membuat bangsa Indonesia dianggap sebagai bangsa yang patut
diperhitungkan.
Tokoh utama Battle of Surabaya adalah Musa, seorang anak laki –
laki yang bekerja sebagai tukang semir sepatu. Karakter seperti apakah Musa ?
Mengapa ia diberikan latar belakang seperti itu?
Musa adalah seorang anak berusia 13 tahun yang
cenderung pendiam, namun jujur dan pemberani. Di dalam penampilannya yang masih
belum dewasa, terdapat jiwa seorang pahlawan. Mengapa kami memilih tokoh
pahlawan yang mempunyai latar belakang seperti ini? Musa sengaja ditampilkan
sebagai tokoh yang tidak diperhitungkan, karena bagi kami seorang pahlawan
bukan sosok yang terlahir begitu saja dengan kekuatan super. Sikap kepahlawanan
seseorang harus tumbuh dan melalui proses.
Selain Musa, siapa saja tokoh sentral dalam Battle of Surabaya?
Apa saja peran mereka dalam film nantinya?
Sebagai pendamping tokoh utama, kami menciptakan tokoh
bernama Yumna, seorang gadis cantik yang ceria, namun juga tegas. Ada pula
tokoh antagonis bernama Danu. Danu adalah seorang pemuda tampan dan pemberani yang
merupakan salah satu anggota Sekutu. Ada dua tokoh lagi yang muncul
sebagai sosok mentor dalam
kehidupan Musa. Mereka ialah Yoshimura yang merupakan tokoh fiktif dan Residen
Sudirman, yang kita kenal sebagai salah seorang pahlawan nasional Indonesia.
Battle of Surabaya memiliki tagline
“there is no glory in war!”. Secara literal,
terjemahannya berarti “tidak ada kejayaan / kemuliaan dalam perang!”. Apa
sebenarnya maksud tagline tersebut, dan mengapa kalimat tersebut dipakai sebagai tagline Battle of Surabaya?
Inti dari tagline memang
menegaskan bahwa secara esensial, di dalam perang tidak ada kejayaan atau
kemenangan. Misi kami adalah menyampaikan perdamaian dan kemanusiaan, bukan
propaganda perang. Apapun kejadiannya, peperangan selalu membawa kerugian ke
pihak yang terlibat di dalamnya.
Nilai-nilai dan pesan apa yang ingin disampaikan dalam film
Battle of Surabaya?
Sama seperti jawaban untuk pertanyaan tentang tagline di atas. Selain itu kami juga
ingin menyampaikan bahwa setiap manusia harus mengalami proses untuk tumbuh
menjadi pribadi yang lebih baik, dengan cara mereka masing-masing.
Sudah berapa lama kah penggarapan film Battle of Surabaya ini
berlangsung?
Hampir 1 tahun. Konsepnya sendiri baru dibuat sekitar
bulan November 2012.
Berapa orang kah yang terlibat dalam pembuatan Battle of Surabaya? Bisakah diceritakan sedikit mengenai tim penggarapan film ini?
Untuk tim produksi 2D animation kurang lebih70 orang.
Jumlah tersebut masih jauh lebih sedikit dari jumlah rata-rata tim produksi
studio - studio animasi lainnya.
Tantangan dan kendala apa saja yang dihadapi dalam proses
penggarapan Battle of Surabaya ?
Keterbatasan infrastruktur dan kompetensi SDM, serta
target pemenuhan kualitas yang sesuai standar industri film animasi
internasional.
Belum tayang saja , Battle of Surabaya sudah cukup terkenal dan
banyak menarik antusias masyarakat. Menurut MSV Pictures, mengapa bisa begitu?
Yang pertama adalah trend perkembangan
film animasi terutama di Indonesia yang memang sudah sangat populer. Hal ini
juga dibantu oleh kerinduan akan film animasi asli buatan Indonesia. Tema-tema
universal yang diangkat dalam Battle of Surabaya juga menurut kami pastinya
menarik untuk masyarakat luas.
Ada satu komentar menarik di fanpage Facebook Battle of Surabaya. “ Kalau Jepang punya anime, ayo kita bikin anIndo
(animasi Indonesia). “ Apa pendapat MSV Pictures mengenai pernyataan ini?
Kami lebih sepakat dengan penggunaan kata animasi,
bukan anime. Yang kami utamakan adalah konten
materi film, bukan istilah, karena apapun istilahnya, jika film tersebut
memiliki kualitas kelas dunia dan dilengkapi dengan tema-tema yang universal,
kami yakin bahwa film tersebut bakal sukses di pasaran.
Bagaimana pendapat MSV Pictures mengenai dunia animasi Indonesia
saat ini?
Embrio-nya mulai berkembang. Kami cukup optimis
bahwa nantinya animasi Indonesia akan memiliki potensi untuk terus berkembang menjadi
produk unggulan dari industri kreatif Indonesia.
Apa harapan MSV Pictures untuk film Battle of Surabaya ?
Menjadi film animasi 2D pertama Indonesia yang tayang
di cinema, titik balik yang dapat membantu berkembangnya industri animasi Indonesia
serta menjadi salah satu karya seni yang dapat diperhitungkan keberadaannya baik
di Indonesia maupun dunia.
Penasaran dengan petualangan Musa di tengah
Pertempuran Surabaya? Nantikan film animasi 2D Battle of Surabaya yang akan
ditayangkan di jaringan bioskop 21 Cineplex pada pertengahan tahun 2014.
Sumber:
Majalah JASMERAH edisi Oktober - November 2013
link download
No comments:
Post a Comment