Tuesday, May 27, 2014

10 Masalah Peradilan Indonesia versi Prof. Bagir Manan



Mantan Ketua Mahkamah Agung (MA) Bagir Manan menginventarisasi sepuluh masalah yang dihadapi oleh peradilan di Indonesia dan masalah-masalah itu harus dipecahkan bersama.

Pertamalack of proporsionalism (kurangnya proporsionalitas). Bagir menuturkan kekurangan proporsionalitas ini menyangkut penguasaan pengetahuan hukum (dalam arti seluas-luasnya), keterampilan hukum, integritas, dan etika. “Ini sangat berpengaruh pada mutu putusan,” ujarnya dalam sebuah seminar di Jakarta, Kamis (22/5).

Kedua, lack of social responsibility or awareness (kurangnya tanggung jawab atau kepedulian sosial). Ia menuturkan bahwa kelemahan ini disadari atau tidak disadari oleh para hakim. “Mohon maaf. Misalnya, kebiasaan bermewah-mewah. Kita tak punya social awareness (kepedulian sosial) masyarakat kita lagi susah,” tambahnya. 

Saturday, May 10, 2014

Fenomena Pengemis Sejahtera



Bab 1.
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang:
Di era globalisasi sekarang ini, arus perputaran uang sangatlah cepat. Perdagangan bebas antar negara, pengaruh arus tren masa kini, serta kecanggihan teknologi dan transportasi yang terus berkembang semakin memudahkan manusia dalam meggerakan roda perekonomian.

            Hal ini dapat  berdampak positif bagi perekonomian suatu negara apabila negara tersebut memiliki kesiapan yang matang baik dalam sumber daya manusia maupun alamnya. Karena dengan begitu negara tersebut dapat meraup keuntungan yang besar dari arus perekonomian dunia yang begitu pesat. Namun sebaliknya, hal ini justru dapat menimbulkan cultural shock apabila negara tersebut tidak siap dalam menghadapi globalisasi. Dampak yang dapat ditumbulkan dari ketidaksiapan ini salahsatunya adalah kemerosotan perekonomian negara yang berakibat meningkatnya angka kemiskinan.

            Kemiskinan di negara-negara berkembang seperti Indonesia masih menjadi masalah krusial yang sejak dulu sangat sulit untuk diberantas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan kemiskinan adalah situasi penduduk atau sebagian penduduk yang hanya dapat memenuhi makanan, pakaian, dan perumahan yg sangat diperlukan untuk mempertahankan tingkat kehidupan yang minimum.

Kemiskinan merupakan gejala sosial yang dapat menimbulkan masalah-masalah baru apabila tidak diatasi dengan baik. Masalah yang dapat timbul diantaranya adalah peningkatan angka kriminalitas, timbulnya pemukiman kumuh, serta maraknya pengemis-pengemis terutama di kota-kota besar.

Daan Mogot, sang Pahlawan Remaja 17 Tahun

Masyarakat Jakarta tentunya tahu betul nama dari sebuah jalan yang bernama "Daan Mogot". Ya, benar! Sebuah nama jalan yang terbentang di daerah Jakarta Barat, tepatnya mulai dari arah Terminal Grogol hingga membentang ke arah Tangerang. 
Tapi apakah banyak yang sadar dan tahu betul tentang nama jalan Daan Mogot itu berasal dari sebuah nama seorang pahlawan berusia muda belia?
Pemuda berparas keren dan ganteng itu bernama Elias Daniel Mogot . Daan Mogot adalah nama populer dari Elias Daniel Mogot. Pemuda ini cukup mengagumkan diantara teman-teman seusianya. Bayangkan, ketika anak-anak saat ini dikala usianya 14 tahun sedang asik-asiknya main ke warnet, main game, playstation, FB, BBM-an atau bersekolah ditingkat SMP, ternyata usia 14 tahun bagi seorang Daan Mogot membela Tanah Air alias perang adalah tekad bulat yang mantab untuk dijalaninya.
Image
Daan E Mogot
Awalnya, pemuda kelahiran Manado, 28 Desember 1928, ini dibawa oleh kedua orang tuanya ke Batavia (Jakarta) saat berumur 11 tahun. Daan Mogot adalah anak dari pasangan Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang. Ayahnya ketika itu adalah Hukum Besar Ratahan. Ia anak kelima dari tujuh bersaudara. Saudara sepupunya antara lain Kolonel Alex E. Kawilarang (Panglima Siliwangi, serta Panglima Besar Permesta) dan Irjen. Pol. A. Gordon Mogot (mantan Kapolda Sulut). Di Batavia, ayahnya diangkat menjadi anggota VOLKSRAAD (Dewan Rakyat masa Hindia-Belanda). Kemudian ayahnya diangkat sebagai Kepala Penjara Cipinang.

Sejarah Nama Indonesia

Pada zaman purba, kepulauan tanah air disebut dengan aneka nama. Dari sekian banyak nama hingga yang terahir Indonesia menjadi nama negara kita yang tercinta ini.
Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.Image
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...